Pages

Senin, 13 Mei 2013

Wonderwomen - Wanita Hebat


            Setelah penampilan pertamaku membaca puisi 21 April lalu, timbul banyak pertanyaan dikepalaku : mengapa..... mengapa..... mengapa..... ?
Diseluruh Indonesia tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Katanya berkat Kartini maka lahirlah emansipasi wanita. Kesetaraan gender. Saya nggak mengerti mengapa orang-orang kemudian begitu memuja Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita. Hanya karena Kartini bisa berbahasa Belanda, dan menulis surat kepada teman-teman korespondesi yang berasal dari Belanda sehingga timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi. Dari situ kemudian orang berpikir bahwa dia begitu pintar, beberapa langkah lebih maju daripada apa yang dipikirkan wanita-wanita lainnya saat itu.
Kenapa tidak dengan Cut Nyak Dien? Padahal Cut Nyak Dien melakukan sesuatu yang nyata pada masa penjajahan yaitu berani menggangkat senjata melawan penjajah,  memimpin perlawanan terhadap Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukannya. Bukan hanya mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang. Tapi tak ada Hari Cut Nyak Dien
Kenapa tak ada juga Hari Dewi Sartika yang juga jelas berjuang mendirikan sekolah untuk kemajuan kaum perempuan, atau kenapa juga tak ada Hari Martha Christina Tiahahu yang dikenal sebagai gadis pemberani. Diusianya yang baru 17 tahun waktu itu mengangkat senjata melawan penjajahan Belanda dalam perang Patimura. Yaaa... banyak tanya di kepalaku kenapa ya hanya RA. Kartini yang diperingati sebegitu rupa, seolah-olah kalau tanpa Kartini maka perempuan Indonesia tak bisa maju.
Maaf! Bukan saya tak menghormati Kartini, hanya bertanya saja karena tiba-tiba muncul dipikiranku “Kenapa ya seperti itu?” Kenapa yang ada hanya hari kartini yang kemudian tanggal lahirnya diperingati setiap tahunnya di Indonesia, bahkan dijadikan tonggak dimana wanita meminta untuk disejajarkan dengan kaum pria.
Padahal dalam Islam sudah sangat jelas bagaimana kedudukan dan peran wanita begitu sangat istimewa. Wanita tidak berada di bawah laki-laki untuk diinjak, tidak di atas untuk menginjak, tidak berada dibelakang untuk ditinggalkan, tidak berada di depan untuk memimpin, tapi berada di samping sebagai pendamping.  
Bagaimana tidak luar biasa kedudukan wanita ketika dikatakan bahwa wanita/ibu sebagai madrasah bagi anak-anaknya, bahkan ada pepatah yang menyatakan bahwa syurga berada di bawah telapak kaki ibu. Dalam Islam pria atau wanita sama-sama mempunyai ladang jihad. Ketika kaum bapak dikatakan jihad ketika mencari nafkah, maka pada saat ibu mengasuh anak-2 dan mengerjakan pekerjaan di rumah adalah juga merupakan jihad.
Jika kesetaraan gender yang digembar-gemborkan karena wanita ingin eksistensinya diakui, menuntut agar wanita bisa bekerja agar dapat mengaktualisasikan dirinya, kenapa tak ingat bahwa istri Nabi saw, Siti Khodijah ra. juga berkiprah sebagai pengusaha yang kaya dan handal yang dengan usahanya itu mendukung Nabi saw dalam menyebarkan agama Islam. Tak ada larangan wanita untuk berkarya. Luar biasa !!!
Lalu kenapa wanita ingin menuntut kesetaraan gender hanya karena hari Kartini yang selalu diperingati Bangsa Indonesia setiap tgl 21 April?  Padahal Islam memberikan tuntunan yang sangat jelas. Memberikan penghargaan yang tinggi pada wanita. Mengangkat harkat dan martabat wanita.
          Saya pikir tanpa ada hari Kartini pun wanita Indonesia bukanlah wanita yang lemah. Tanpa ada hari Kartini pun wanita Indonesia akan diakui eksistensinya. Wanita yang bisa berkarya. Wanita yang akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan. Ada pepatah mengatakan carilah ilmu sampai ke liang lahat. Nabi saw pun pernah bersabda "Barangsiapa menempuh satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Alloh mudahkan baginya jalan masuk surga. Para malaikat itu membentangkan sayapnya untuk orang yang mencari ilmu karena ridho dengan apa yang ia cari. Sesungguhnya orang 'alim itu dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi, hingga ikan yang ada di dalam air." - HR. Abu Dawud, Ibn Majah, Ibn Hibban
Jadi.... Ayooo wahai wanita berkaryalah! Apapun pekerjaanmu berkaryalah dengan baik dan ingatlah! menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang hina tapi lebih utama.  

Kata Bunda :

Ketika ada yang bertanya padamu, sementara kamu bukanlah wanita karier,  jangan malu untuk katakan, “Saya ibu rumah tangga. Dan saya bangga menjadi ibu rumah tangga.”

Kenapa? Karena disanalah ladang jihad saya, yang terbaik, yang Alloh berikan untukku.

di sini jawabannya....

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Wonderwomen - Wanita Hebat


            Setelah penampilan pertamaku membaca puisi 21 April lalu, timbul banyak pertanyaan dikepalaku : mengapa..... mengapa..... mengapa..... ?
Diseluruh Indonesia tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Katanya berkat Kartini maka lahirlah emansipasi wanita. Kesetaraan gender. Saya nggak mengerti mengapa orang-orang kemudian begitu memuja Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita. Hanya karena Kartini bisa berbahasa Belanda, dan menulis surat kepada teman-teman korespondesi yang berasal dari Belanda sehingga timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi. Dari situ kemudian orang berpikir bahwa dia begitu pintar, beberapa langkah lebih maju daripada apa yang dipikirkan wanita-wanita lainnya saat itu.
Kenapa tidak dengan Cut Nyak Dien? Padahal Cut Nyak Dien melakukan sesuatu yang nyata pada masa penjajahan yaitu berani menggangkat senjata melawan penjajah,  memimpin perlawanan terhadap Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukannya. Bukan hanya mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang. Tapi tak ada Hari Cut Nyak Dien
Kenapa tak ada juga Hari Dewi Sartika yang juga jelas berjuang mendirikan sekolah untuk kemajuan kaum perempuan, atau kenapa juga tak ada Hari Martha Christina Tiahahu yang dikenal sebagai gadis pemberani. Diusianya yang baru 17 tahun waktu itu mengangkat senjata melawan penjajahan Belanda dalam perang Patimura. Yaaa... banyak tanya di kepalaku kenapa ya hanya RA. Kartini yang diperingati sebegitu rupa, seolah-olah kalau tanpa Kartini maka perempuan Indonesia tak bisa maju.
Maaf! Bukan saya tak menghormati Kartini, hanya bertanya saja karena tiba-tiba muncul dipikiranku “Kenapa ya seperti itu?” Kenapa yang ada hanya hari kartini yang kemudian tanggal lahirnya diperingati setiap tahunnya di Indonesia, bahkan dijadikan tonggak dimana wanita meminta untuk disejajarkan dengan kaum pria.
Padahal dalam Islam sudah sangat jelas bagaimana kedudukan dan peran wanita begitu sangat istimewa. Wanita tidak berada di bawah laki-laki untuk diinjak, tidak di atas untuk menginjak, tidak berada dibelakang untuk ditinggalkan, tidak berada di depan untuk memimpin, tapi berada di samping sebagai pendamping.  
Bagaimana tidak luar biasa kedudukan wanita ketika dikatakan bahwa wanita/ibu sebagai madrasah bagi anak-anaknya, bahkan ada pepatah yang menyatakan bahwa syurga berada di bawah telapak kaki ibu. Dalam Islam pria atau wanita sama-sama mempunyai ladang jihad. Ketika kaum bapak dikatakan jihad ketika mencari nafkah, maka pada saat ibu mengasuh anak-2 dan mengerjakan pekerjaan di rumah adalah juga merupakan jihad.
Jika kesetaraan gender yang digembar-gemborkan karena wanita ingin eksistensinya diakui, menuntut agar wanita bisa bekerja agar dapat mengaktualisasikan dirinya, kenapa tak ingat bahwa istri Nabi saw, Siti Khodijah ra. juga berkiprah sebagai pengusaha yang kaya dan handal yang dengan usahanya itu mendukung Nabi saw dalam menyebarkan agama Islam. Tak ada larangan wanita untuk berkarya. Luar biasa !!!
Lalu kenapa wanita ingin menuntut kesetaraan gender hanya karena hari Kartini yang selalu diperingati Bangsa Indonesia setiap tgl 21 April?  Padahal Islam memberikan tuntunan yang sangat jelas. Memberikan penghargaan yang tinggi pada wanita. Mengangkat harkat dan martabat wanita.
          Saya pikir tanpa ada hari Kartini pun wanita Indonesia bukanlah wanita yang lemah. Tanpa ada hari Kartini pun wanita Indonesia akan diakui eksistensinya. Wanita yang bisa berkarya. Wanita yang akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan. Ada pepatah mengatakan carilah ilmu sampai ke liang lahat. Nabi saw pun pernah bersabda "Barangsiapa menempuh satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Alloh mudahkan baginya jalan masuk surga. Para malaikat itu membentangkan sayapnya untuk orang yang mencari ilmu karena ridho dengan apa yang ia cari. Sesungguhnya orang 'alim itu dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi, hingga ikan yang ada di dalam air." - HR. Abu Dawud, Ibn Majah, Ibn Hibban
Jadi.... Ayooo wahai wanita berkaryalah! Apapun pekerjaanmu berkaryalah dengan baik dan ingatlah! menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang hina tapi lebih utama.  

Kata Bunda :

Ketika ada yang bertanya padamu, sementara kamu bukanlah wanita karier,  jangan malu untuk katakan, “Saya ibu rumah tangga. Dan saya bangga menjadi ibu rumah tangga.”

Kenapa? Karena disanalah ladang jihad saya, yang terbaik, yang Alloh berikan untukku.