Pages

Kamis, 30 Mei 2013

Nak, Kau Luar Biasa! “You’re Great!”


 Hari itu, 29 Juni 2009 adalah kenaikan kelas anakku, hasil evaluasi belajar selama 1 tahun yang telah berjalan.  Anakku duduk di kelas A di RA Persis No. 57 Bentar , Garut – dulu, disebut TK O kecil. Saya harus segera bergegas ke sekolah si kecil untuk mengetahui perkembangan belajarnya selama di sekolah. Beda dengan pembagian raport di tingkat sekolah yang lebih tinggi. Di RA/TK, Wali Kelas dapat memberikan penjelasan yang cukup banyak mengenai perkembangan setiap satu per satu anak. Dapat dimengerti juga karena dengan rata-rata 20 anak diawasi oleh 2-3 orang guru (termasuk wali kelasnya) sehingga para guru/wali kelas dapat memberikan perhatian ekstra kepada anak didiknya.  

Setelah semua orang tua murid berkumpul, Bunda Eneng Mudhiroh RA Persis 57 Bentar Garut (Kepala Sekolah) memberikan sambutan diantaranya mengatakan bahwa perkembangan anak-anak didiknya kali ini luar biasa seraya mengucapkan terima kasih atas dukungan dari para orang tua murid untuk setiap program yang diselenggarakan di sekolah sehingga kegiatan belajar terlaksana dengan maksimal.

Pada dasarnya semua anak didik berkembang sesuai dengan harapan, hanya diantaranya ada yang sangat menonjol yang kemudian kepadanya diberikan reward, bukan rangking 1, 2, dan 3 tapi sesuai dengan perkembangan anak tersebut. Kemudian Mudhiroh menyebutkan anak-anak yang berprestasi, diantaranya anak yang berprestasi di bidang Motorik : Hasan Syauqi Muqtafi, di Bidang Bahasa  Azumi Mindi Rabbani, di bidang Akhlak : Ahsan Nafsi Mustaqi, Anak yang ter-rajin : Diaritca Karsa, dan berprestasi di bidang kognitif : Salma Nur Faiza. Wahhhh... saya nggak nyangka begitu. Ternyata anakku mendapatkan penghargaan sebagai anak didik yang berprestasi di bidang kognitif

Selanjutnya Orang tua murid dipanggil satu persatu untuk menemui wali kelas masing-masing. Pada hari-hari biasa juga sebenarnya saya cukup intens berkomunikasi dengan wali kelas anakku untuk mengetahui perkembangannya di sekolah. Jadi sebenarnya, harusnya sudah biasa ya kalau sekarang saya harus bertemu dengannya. Tapi kenapa tiba-tiba..... agak sedikit grogi ya.... ;)

Pas giliranku, Bunda Atin mempersilahkanku duduk di bangku kecil yang biasa dipergunakan anak-anak belajar. Kemudian dengan sigap Bu Atin bercerita bagaimana anakku belajar di sekolah dan mengucapkan banyak terima kasih karena sebagai orang tua, saya sangat membantu. Katanya dengan bantuanku, putriku Salma, sudah bisa mengeja abjad dari A – Z dimana anak-anak yang lain belum hapal abjad semuanya. Salma juga dapat menghitung 1-10 dengan lancar bahkan saat menghitung mulai dari angka terbesar sampai terkecil.

HAAAA!!! Surprise sekali.... Saya begitu salut kepada guru-guru RA ini mengetahui putriku bisa mengeja bahkan menuliskan huruf-huruf itu di kertas dengan lancar. Bahkan saya juga sampai bertanya metode mengajar seperti apakah sehingga anakku yang baru beberapa saat duduk di bangku RA ini sudah bisa begitu banyak hal. Iqro, menulis, menggambar, mewarnai, membaca, nyanyian-nyanyian, Bahasa Inggris juga Bahasa Arabnya..... Subhanalloh! Ini sekolah yang luar biasa, pikirku.

Yang sangat menarik, ketika kami saling menyangka. Bunda Atin menyangka jika kemampuan anakku itu berkat arahanku di rumah, sedang saya mengira anakku mendapat ‘pelajaran’ mengeja dan menulis di sekolah. Bahkan Bunda Atin meminta ‘bocoran’ bagaimana cara mengajar Salma di rumah agar bisa diterapkan di sekolah. Saya jadi tercenung sendiri dan merasa ta’jub. Putriku memang luar biasa!


Saat Kenaikan Kelas 3

Saya tak pernah menyangka, kebiasaan-kebiasaan kecil di rumah ternyata berpengaruh luar biasa pada perkembangan kognitif anakku. Anakku memang suka mengacak-ngacak buku dan sering bertanya padaku “Bunda ini huruf apa?” atau “Yang itu apa namanya, Bunda?”. Kadang saya kerepotan menjawab pertanyaan-pertanyaannya apalagi jika sambil melakukan pekerjaan rumah. Saat menyetrika, atau bahkan saat saya sedang mencuci pun anakku akan membawa buku-buku itu kehadapanku untuk menanyakan huruf-huruf itu. Kadang agak kesel juga sih waktu itu, saat saya ingin segera menyelesaikan pekerjaan, putriku ‘mengganggu’ dengan pertanyaan ini dan itu.

Saya memang suka memperkenalkan huruf dan angka, memperkenalkan lagu buatan sendiri tentang binatang-binatang dalam Bahasa Inggris. Membelikannya buku huruf dan angka, buku menggambar, memasang gambar juga buku mewarnai, dan game puzzle paling sering saya beli daripada mainan boneka-bonekaan. Saya pikir daripada membeli mainan dan akhirnya dibiarkan karena bosan atau bahkan rusak, lebih baik saya belikan buku-buku yang walaupun rusak tapi setidaknya huruf atau angka di buku tersebut ada yang menempel dibenaknya.

Saya lebih suka mengajak anak-anak ke toko buku daripada ke toko mainan, yaaaaa.... walaupun hanya melihat-lihat dan membaca-baca saja. Dan pameran buku merupakan ajang berburu buku yang murah berkualitas. Alhamdulillah, ternyata itu memberi pengaruh bagus bagi perkembangan kognitifnya.

Sekarang putri kecilku duduk di bangku kelas 3. Sejak kelas 1 selalu membawa piala juara kelas. Ibu-ibu teman anakku di sekolah suka bertanya bagaimana cara mengajarku pada anak di rumah. Mereka juga ‘iri’ denganku karena setiap musim ulangan juga pembagian raport saya terlihat tenang-tenang saja.

Kalau diingat-ingat sih, memang sejak masuk Sekolah Dasar pun ketika di RA, saya tak pernah menekan anak untuk selalu belajar di rumah atau harus menjadi juara/rangking kelas. Awal-awal sih iya.... pulang sekolah, langsung saya ingatkan untuk mengerjakan PR-nya tapi ke sini-sini sih saya lebih menyerahkan pada si kecil –padahal mengingat usianya, harusnya saya ‘mengawal’nya ya... – tapi putriku melakukannya sendiri. Menyiapkan buku-bukunya sendiri dan mengerjakan serta menghapal sendiri. Saya hanya mengingatkan sekali-kali saja jika putriku lebih konsen dengan tontonan di televisi. Saat ulangan pun dia rajin menghapal tanpa harus disuruh. Dan cara belajarnya unik, dia akan ber’kicau’ membaca hapalannya. Sesekali menulis lalu bola matanya ke atas seperti berpikir keras dan mengetuk-ngetuk pensilnya ke kepala. Hiiiihiii seperti orang dewasa atau ilmuwan gitu. Heeee....

Nah, sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Saya selalu berdoa putriku dapat mengerjakan soal-soal ulangan nanti dengan baik. Mohon doanya juga ya dari Bunda Lovers semua.....

Terima kasih... :)



Kata Bunda :

5 tahun pertama kehidupan anak sebagai Golden Age atau masa emas dimana  kemampuan otak anak dalam menyerap informasi sangat tinggi. Masa-masa penting yang tidak dapat diulang. Disinilah peran orang tua untuk bisa mendidik dan mengoptimalkan kecerdasan anak dengan baik secara intelektual, emosional dan spiritual. Saat yang tepat untuk membangun fondasi yang kuat agar anak bisa berdiri kukuh, tak goyah dan tak akan runtuh.

di sini jawabannya....

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Nak, Kau Luar Biasa! “You’re Great!”


 Hari itu, 29 Juni 2009 adalah kenaikan kelas anakku, hasil evaluasi belajar selama 1 tahun yang telah berjalan.  Anakku duduk di kelas A di RA Persis No. 57 Bentar , Garut – dulu, disebut TK O kecil. Saya harus segera bergegas ke sekolah si kecil untuk mengetahui perkembangan belajarnya selama di sekolah. Beda dengan pembagian raport di tingkat sekolah yang lebih tinggi. Di RA/TK, Wali Kelas dapat memberikan penjelasan yang cukup banyak mengenai perkembangan setiap satu per satu anak. Dapat dimengerti juga karena dengan rata-rata 20 anak diawasi oleh 2-3 orang guru (termasuk wali kelasnya) sehingga para guru/wali kelas dapat memberikan perhatian ekstra kepada anak didiknya.  

Setelah semua orang tua murid berkumpul, Bunda Eneng Mudhiroh RA Persis 57 Bentar Garut (Kepala Sekolah) memberikan sambutan diantaranya mengatakan bahwa perkembangan anak-anak didiknya kali ini luar biasa seraya mengucapkan terima kasih atas dukungan dari para orang tua murid untuk setiap program yang diselenggarakan di sekolah sehingga kegiatan belajar terlaksana dengan maksimal.

Pada dasarnya semua anak didik berkembang sesuai dengan harapan, hanya diantaranya ada yang sangat menonjol yang kemudian kepadanya diberikan reward, bukan rangking 1, 2, dan 3 tapi sesuai dengan perkembangan anak tersebut. Kemudian Mudhiroh menyebutkan anak-anak yang berprestasi, diantaranya anak yang berprestasi di bidang Motorik : Hasan Syauqi Muqtafi, di Bidang Bahasa  Azumi Mindi Rabbani, di bidang Akhlak : Ahsan Nafsi Mustaqi, Anak yang ter-rajin : Diaritca Karsa, dan berprestasi di bidang kognitif : Salma Nur Faiza. Wahhhh... saya nggak nyangka begitu. Ternyata anakku mendapatkan penghargaan sebagai anak didik yang berprestasi di bidang kognitif

Selanjutnya Orang tua murid dipanggil satu persatu untuk menemui wali kelas masing-masing. Pada hari-hari biasa juga sebenarnya saya cukup intens berkomunikasi dengan wali kelas anakku untuk mengetahui perkembangannya di sekolah. Jadi sebenarnya, harusnya sudah biasa ya kalau sekarang saya harus bertemu dengannya. Tapi kenapa tiba-tiba..... agak sedikit grogi ya.... ;)

Pas giliranku, Bunda Atin mempersilahkanku duduk di bangku kecil yang biasa dipergunakan anak-anak belajar. Kemudian dengan sigap Bu Atin bercerita bagaimana anakku belajar di sekolah dan mengucapkan banyak terima kasih karena sebagai orang tua, saya sangat membantu. Katanya dengan bantuanku, putriku Salma, sudah bisa mengeja abjad dari A – Z dimana anak-anak yang lain belum hapal abjad semuanya. Salma juga dapat menghitung 1-10 dengan lancar bahkan saat menghitung mulai dari angka terbesar sampai terkecil.

HAAAA!!! Surprise sekali.... Saya begitu salut kepada guru-guru RA ini mengetahui putriku bisa mengeja bahkan menuliskan huruf-huruf itu di kertas dengan lancar. Bahkan saya juga sampai bertanya metode mengajar seperti apakah sehingga anakku yang baru beberapa saat duduk di bangku RA ini sudah bisa begitu banyak hal. Iqro, menulis, menggambar, mewarnai, membaca, nyanyian-nyanyian, Bahasa Inggris juga Bahasa Arabnya..... Subhanalloh! Ini sekolah yang luar biasa, pikirku.

Yang sangat menarik, ketika kami saling menyangka. Bunda Atin menyangka jika kemampuan anakku itu berkat arahanku di rumah, sedang saya mengira anakku mendapat ‘pelajaran’ mengeja dan menulis di sekolah. Bahkan Bunda Atin meminta ‘bocoran’ bagaimana cara mengajar Salma di rumah agar bisa diterapkan di sekolah. Saya jadi tercenung sendiri dan merasa ta’jub. Putriku memang luar biasa!


Saat Kenaikan Kelas 3

Saya tak pernah menyangka, kebiasaan-kebiasaan kecil di rumah ternyata berpengaruh luar biasa pada perkembangan kognitif anakku. Anakku memang suka mengacak-ngacak buku dan sering bertanya padaku “Bunda ini huruf apa?” atau “Yang itu apa namanya, Bunda?”. Kadang saya kerepotan menjawab pertanyaan-pertanyaannya apalagi jika sambil melakukan pekerjaan rumah. Saat menyetrika, atau bahkan saat saya sedang mencuci pun anakku akan membawa buku-buku itu kehadapanku untuk menanyakan huruf-huruf itu. Kadang agak kesel juga sih waktu itu, saat saya ingin segera menyelesaikan pekerjaan, putriku ‘mengganggu’ dengan pertanyaan ini dan itu.

Saya memang suka memperkenalkan huruf dan angka, memperkenalkan lagu buatan sendiri tentang binatang-binatang dalam Bahasa Inggris. Membelikannya buku huruf dan angka, buku menggambar, memasang gambar juga buku mewarnai, dan game puzzle paling sering saya beli daripada mainan boneka-bonekaan. Saya pikir daripada membeli mainan dan akhirnya dibiarkan karena bosan atau bahkan rusak, lebih baik saya belikan buku-buku yang walaupun rusak tapi setidaknya huruf atau angka di buku tersebut ada yang menempel dibenaknya.

Saya lebih suka mengajak anak-anak ke toko buku daripada ke toko mainan, yaaaaa.... walaupun hanya melihat-lihat dan membaca-baca saja. Dan pameran buku merupakan ajang berburu buku yang murah berkualitas. Alhamdulillah, ternyata itu memberi pengaruh bagus bagi perkembangan kognitifnya.

Sekarang putri kecilku duduk di bangku kelas 3. Sejak kelas 1 selalu membawa piala juara kelas. Ibu-ibu teman anakku di sekolah suka bertanya bagaimana cara mengajarku pada anak di rumah. Mereka juga ‘iri’ denganku karena setiap musim ulangan juga pembagian raport saya terlihat tenang-tenang saja.

Kalau diingat-ingat sih, memang sejak masuk Sekolah Dasar pun ketika di RA, saya tak pernah menekan anak untuk selalu belajar di rumah atau harus menjadi juara/rangking kelas. Awal-awal sih iya.... pulang sekolah, langsung saya ingatkan untuk mengerjakan PR-nya tapi ke sini-sini sih saya lebih menyerahkan pada si kecil –padahal mengingat usianya, harusnya saya ‘mengawal’nya ya... – tapi putriku melakukannya sendiri. Menyiapkan buku-bukunya sendiri dan mengerjakan serta menghapal sendiri. Saya hanya mengingatkan sekali-kali saja jika putriku lebih konsen dengan tontonan di televisi. Saat ulangan pun dia rajin menghapal tanpa harus disuruh. Dan cara belajarnya unik, dia akan ber’kicau’ membaca hapalannya. Sesekali menulis lalu bola matanya ke atas seperti berpikir keras dan mengetuk-ngetuk pensilnya ke kepala. Hiiiihiii seperti orang dewasa atau ilmuwan gitu. Heeee....

Nah, sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Saya selalu berdoa putriku dapat mengerjakan soal-soal ulangan nanti dengan baik. Mohon doanya juga ya dari Bunda Lovers semua.....

Terima kasih... :)



Kata Bunda :

5 tahun pertama kehidupan anak sebagai Golden Age atau masa emas dimana  kemampuan otak anak dalam menyerap informasi sangat tinggi. Masa-masa penting yang tidak dapat diulang. Disinilah peran orang tua untuk bisa mendidik dan mengoptimalkan kecerdasan anak dengan baik secara intelektual, emosional dan spiritual. Saat yang tepat untuk membangun fondasi yang kuat agar anak bisa berdiri kukuh, tak goyah dan tak akan runtuh.