Pages

Minggu, 23 Juni 2013

Photoku - My Picture



Uffffs..... waktu yang singkat harus digunakan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan kegiatan yang akan digelar di Wanaraja "Dendang Sarimi". Karena akan ada stand-stand untuk berbagai game, maka kami mencari dan mempersiapkan bahan-bahan dan alat-alatnya. Lempar cincin, sendok, kelereng, sumpit, mangkuk-mangkuk, sarung, juga membuat puzzle Sarimi.
Untuk bahan/alat-alat yang lain kami bisa membelinya, tapi untuk puzzle yang berhubungan dengan klien, kami harus membuatnya sendiri. Dari kertas daluang kami buat puzzle itu. Gambarnya kami print. Setelah ditempel d atas kertas daluang kemudian disemprot dengan pilox bening. Lalu gambar itu kami gunting sesuai pola. Puzzle pun siap digunakan.
Setelah puzzle selesai, kami beres-beres dong. Wahhhh ternyata lumayan juga sisa daluang itu sayang juga kalo dibuang. Akhirnya disela-sela kesibukan beres-beres,  saya coba pisahkan daluang yang masih bisa dipergunakan. Saya hanya ingin memastikan saja apa saya masih ingat membuat pigura dari daluang?
Dengan mempergunakan bahan yang ada,  saya mulai mengolah daluang tersebut menjadi pigura. Pertama, mengukur daluang yang akan dibuat pigura. Saya buat 2 potong daluang berukuran 13x13 cm,  karena memang itu sisa daluang yang ada. Satu untuk alas/dasar, satu potong lagi saya lubangi dengan ukuran 10x10 cm. Tadinya daluang-daluang yang kecil akan saya buang... eh ternyata saya butuhkan juga untuk penahan photo nanti. Jadi saya pergunalan juga sisa daluang kecil itu. Saya potong dengan ukuran 1x13 cm (2 buah) untuk direkat di bagian kiri-kanan alas. Satu ukuran 1x11 direkat di bagian bawah alas. Biarkan yang atas kosong untuk memasukan photonya. Selanjutnya rekatkan daluang berlubang yang telah ditutup kertas kado di atasnya. Rapikan. Sebelum memasukan photonya beri plastik bening agar terlihat seperti kaca. Tarangggggg..... that my sweet figura.
Alhamdulillah, akhirnya saya punya pigura lagi untuk menyimpan photo moment specialku.

Inilah hasilnya.... ;)


1. setelah dirapikan....  :)
2. ditambah penyangga agar bisa duduk dengan mantap
3. masukan photonya, jangan lupa pake plastik bening
Kata Bunda:  Jangan pernah memandang yang kecil tak berarti. Karena tanpa mereka maka tak ada yang besar.

Tulisan ini dibuat pertengahan Mei 2013... karena berbagai kesibukan (Acara Dendang Sarimi belum berakhir - Insya Alloh 29 Juni nanti akan dilaksanakan di Cikajang) jadi tulisannya baru diposting sekarang :)

Kamis, 30 Mei 2013

Nak, Kau Luar Biasa! “You’re Great!”


 Hari itu, 29 Juni 2009 adalah kenaikan kelas anakku, hasil evaluasi belajar selama 1 tahun yang telah berjalan.  Anakku duduk di kelas A di RA Persis No. 57 Bentar , Garut – dulu, disebut TK O kecil. Saya harus segera bergegas ke sekolah si kecil untuk mengetahui perkembangan belajarnya selama di sekolah. Beda dengan pembagian raport di tingkat sekolah yang lebih tinggi. Di RA/TK, Wali Kelas dapat memberikan penjelasan yang cukup banyak mengenai perkembangan setiap satu per satu anak. Dapat dimengerti juga karena dengan rata-rata 20 anak diawasi oleh 2-3 orang guru (termasuk wali kelasnya) sehingga para guru/wali kelas dapat memberikan perhatian ekstra kepada anak didiknya.  

Setelah semua orang tua murid berkumpul, Bunda Eneng Mudhiroh RA Persis 57 Bentar Garut (Kepala Sekolah) memberikan sambutan diantaranya mengatakan bahwa perkembangan anak-anak didiknya kali ini luar biasa seraya mengucapkan terima kasih atas dukungan dari para orang tua murid untuk setiap program yang diselenggarakan di sekolah sehingga kegiatan belajar terlaksana dengan maksimal.

Pada dasarnya semua anak didik berkembang sesuai dengan harapan, hanya diantaranya ada yang sangat menonjol yang kemudian kepadanya diberikan reward, bukan rangking 1, 2, dan 3 tapi sesuai dengan perkembangan anak tersebut. Kemudian Mudhiroh menyebutkan anak-anak yang berprestasi, diantaranya anak yang berprestasi di bidang Motorik : Hasan Syauqi Muqtafi, di Bidang Bahasa  Azumi Mindi Rabbani, di bidang Akhlak : Ahsan Nafsi Mustaqi, Anak yang ter-rajin : Diaritca Karsa, dan berprestasi di bidang kognitif : Salma Nur Faiza. Wahhhh... saya nggak nyangka begitu. Ternyata anakku mendapatkan penghargaan sebagai anak didik yang berprestasi di bidang kognitif

Selanjutnya Orang tua murid dipanggil satu persatu untuk menemui wali kelas masing-masing. Pada hari-hari biasa juga sebenarnya saya cukup intens berkomunikasi dengan wali kelas anakku untuk mengetahui perkembangannya di sekolah. Jadi sebenarnya, harusnya sudah biasa ya kalau sekarang saya harus bertemu dengannya. Tapi kenapa tiba-tiba..... agak sedikit grogi ya.... ;)

Pas giliranku, Bunda Atin mempersilahkanku duduk di bangku kecil yang biasa dipergunakan anak-anak belajar. Kemudian dengan sigap Bu Atin bercerita bagaimana anakku belajar di sekolah dan mengucapkan banyak terima kasih karena sebagai orang tua, saya sangat membantu. Katanya dengan bantuanku, putriku Salma, sudah bisa mengeja abjad dari A – Z dimana anak-anak yang lain belum hapal abjad semuanya. Salma juga dapat menghitung 1-10 dengan lancar bahkan saat menghitung mulai dari angka terbesar sampai terkecil.

HAAAA!!! Surprise sekali.... Saya begitu salut kepada guru-guru RA ini mengetahui putriku bisa mengeja bahkan menuliskan huruf-huruf itu di kertas dengan lancar. Bahkan saya juga sampai bertanya metode mengajar seperti apakah sehingga anakku yang baru beberapa saat duduk di bangku RA ini sudah bisa begitu banyak hal. Iqro, menulis, menggambar, mewarnai, membaca, nyanyian-nyanyian, Bahasa Inggris juga Bahasa Arabnya..... Subhanalloh! Ini sekolah yang luar biasa, pikirku.

Yang sangat menarik, ketika kami saling menyangka. Bunda Atin menyangka jika kemampuan anakku itu berkat arahanku di rumah, sedang saya mengira anakku mendapat ‘pelajaran’ mengeja dan menulis di sekolah. Bahkan Bunda Atin meminta ‘bocoran’ bagaimana cara mengajar Salma di rumah agar bisa diterapkan di sekolah. Saya jadi tercenung sendiri dan merasa ta’jub. Putriku memang luar biasa!


Saat Kenaikan Kelas 3

Saya tak pernah menyangka, kebiasaan-kebiasaan kecil di rumah ternyata berpengaruh luar biasa pada perkembangan kognitif anakku. Anakku memang suka mengacak-ngacak buku dan sering bertanya padaku “Bunda ini huruf apa?” atau “Yang itu apa namanya, Bunda?”. Kadang saya kerepotan menjawab pertanyaan-pertanyaannya apalagi jika sambil melakukan pekerjaan rumah. Saat menyetrika, atau bahkan saat saya sedang mencuci pun anakku akan membawa buku-buku itu kehadapanku untuk menanyakan huruf-huruf itu. Kadang agak kesel juga sih waktu itu, saat saya ingin segera menyelesaikan pekerjaan, putriku ‘mengganggu’ dengan pertanyaan ini dan itu.

Saya memang suka memperkenalkan huruf dan angka, memperkenalkan lagu buatan sendiri tentang binatang-binatang dalam Bahasa Inggris. Membelikannya buku huruf dan angka, buku menggambar, memasang gambar juga buku mewarnai, dan game puzzle paling sering saya beli daripada mainan boneka-bonekaan. Saya pikir daripada membeli mainan dan akhirnya dibiarkan karena bosan atau bahkan rusak, lebih baik saya belikan buku-buku yang walaupun rusak tapi setidaknya huruf atau angka di buku tersebut ada yang menempel dibenaknya.

Saya lebih suka mengajak anak-anak ke toko buku daripada ke toko mainan, yaaaaa.... walaupun hanya melihat-lihat dan membaca-baca saja. Dan pameran buku merupakan ajang berburu buku yang murah berkualitas. Alhamdulillah, ternyata itu memberi pengaruh bagus bagi perkembangan kognitifnya.

Sekarang putri kecilku duduk di bangku kelas 3. Sejak kelas 1 selalu membawa piala juara kelas. Ibu-ibu teman anakku di sekolah suka bertanya bagaimana cara mengajarku pada anak di rumah. Mereka juga ‘iri’ denganku karena setiap musim ulangan juga pembagian raport saya terlihat tenang-tenang saja.

Kalau diingat-ingat sih, memang sejak masuk Sekolah Dasar pun ketika di RA, saya tak pernah menekan anak untuk selalu belajar di rumah atau harus menjadi juara/rangking kelas. Awal-awal sih iya.... pulang sekolah, langsung saya ingatkan untuk mengerjakan PR-nya tapi ke sini-sini sih saya lebih menyerahkan pada si kecil –padahal mengingat usianya, harusnya saya ‘mengawal’nya ya... – tapi putriku melakukannya sendiri. Menyiapkan buku-bukunya sendiri dan mengerjakan serta menghapal sendiri. Saya hanya mengingatkan sekali-kali saja jika putriku lebih konsen dengan tontonan di televisi. Saat ulangan pun dia rajin menghapal tanpa harus disuruh. Dan cara belajarnya unik, dia akan ber’kicau’ membaca hapalannya. Sesekali menulis lalu bola matanya ke atas seperti berpikir keras dan mengetuk-ngetuk pensilnya ke kepala. Hiiiihiii seperti orang dewasa atau ilmuwan gitu. Heeee....

Nah, sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Saya selalu berdoa putriku dapat mengerjakan soal-soal ulangan nanti dengan baik. Mohon doanya juga ya dari Bunda Lovers semua.....

Terima kasih... :)



Kata Bunda :

5 tahun pertama kehidupan anak sebagai Golden Age atau masa emas dimana  kemampuan otak anak dalam menyerap informasi sangat tinggi. Masa-masa penting yang tidak dapat diulang. Disinilah peran orang tua untuk bisa mendidik dan mengoptimalkan kecerdasan anak dengan baik secara intelektual, emosional dan spiritual. Saat yang tepat untuk membangun fondasi yang kuat agar anak bisa berdiri kukuh, tak goyah dan tak akan runtuh.

Rabu, 29 Mei 2013

Celengan Ajaib "My Box"



4 hari anakku sakit. Jadi ijin kerja deh. Biasa berangkat pagi, ngerjain berbagai hal di studio, ketemu orang-orang, sekarang di rumah saja. Haduhhhh ..... bisa-bisa kena virus boring nih.... Saya harus berbuat sesuatu agar hari-hariku di rumah tetap produktif, bisa menghasilkan karya yang istimewa.
Alhamdulillah, sambil merawat si kecil, saya bisa ngerjain banyak hal urusan rumah. Nyuci gorden-gorden yang sudah berdebu. Ngeberesin lemari dari baju-baju yang sudah mengecil juga ngeberesin buku-buku yang berantakan. Dan pekerjaan rumah lainnya yang memang biasa kulakukan sebelum pergi kerja. Dalam rasa kangen suasana studio, saya juga sangat menikmati pekerjaan rumah.
Hari Sabtu,  setelah pekerjaan 'berat' selesai dan anak-anak sudah menikmati makanan olahan bundanya, saya mulai agak sedikit bosan. Sampai ketika anakku melempar-lempar kaleng susu bekas yang sudah kubersihkan waktu itu.
Tringgggg!
Saya ingat,  waktu itu kaleng ini akan kubuat celengan untuk anakku agar ia belajar menabung. Hanya karena waktu yang 'sempit' belum sempat kukerjakan. Nah! ini dia waktu yang tepat. Sambil menemani anak-anak nonton tv, saya mulai menyiapkan bahan-bahannya. Dan Alhamdulillah ternyata semua bahan tersedia seperti yang diharapkan. Kaleng susu bekas yang sudah dibersihkan, karton bekas susu dibentuk bundar seukuran kaleng diberi lubang untuk memasukan koin, kertas kado, doubletape, lem, cutter juga gunting.
Cara membuatnya mudah saja. Karton ditutup kertas kado. Gunting kecil sisi-sisi karton agar mudah ditekuk mengikuti permukaan kaleng.
Beri doubletape sekeliling kaleng bagian atas. Lalu tempel karton di kaleng susu, rapikan. Gunting kertas kado untuk menutupi tubuh kaleng. Beri doubletape kemudian tempel di badan kaleng dengan rapi. Tarangggggg! Selesai sudah celengan unyu-unyu untuk anakku.


Saya senang bisa memberikan 'sesuatu' untuk anakku karena Islam juga mengajarkan kita untuk menabung
 "Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”  (QS. Al Isra' : 27)
Selamat menabung, Nak. 

Kata Bunda: Belajar menabung sejak kecil, biarpun sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Menabung jangan dihitung, Insyaalloh nanti kita dapat untung : )
“Simpanlah sebagian dari harta kamu untuk kebaikan masa depan kamu, karena itu jauh lebih baik bagimu.” HR. Bukhari

Senin, 13 Mei 2013

Wonderwomen - Wanita Hebat


            Setelah penampilan pertamaku membaca puisi 21 April lalu, timbul banyak pertanyaan dikepalaku : mengapa..... mengapa..... mengapa..... ?
Diseluruh Indonesia tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Katanya berkat Kartini maka lahirlah emansipasi wanita. Kesetaraan gender. Saya nggak mengerti mengapa orang-orang kemudian begitu memuja Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita. Hanya karena Kartini bisa berbahasa Belanda, dan menulis surat kepada teman-teman korespondesi yang berasal dari Belanda sehingga timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi. Dari situ kemudian orang berpikir bahwa dia begitu pintar, beberapa langkah lebih maju daripada apa yang dipikirkan wanita-wanita lainnya saat itu.
Kenapa tidak dengan Cut Nyak Dien? Padahal Cut Nyak Dien melakukan sesuatu yang nyata pada masa penjajahan yaitu berani menggangkat senjata melawan penjajah,  memimpin perlawanan terhadap Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukannya. Bukan hanya mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang. Tapi tak ada Hari Cut Nyak Dien
Kenapa tak ada juga Hari Dewi Sartika yang juga jelas berjuang mendirikan sekolah untuk kemajuan kaum perempuan, atau kenapa juga tak ada Hari Martha Christina Tiahahu yang dikenal sebagai gadis pemberani. Diusianya yang baru 17 tahun waktu itu mengangkat senjata melawan penjajahan Belanda dalam perang Patimura. Yaaa... banyak tanya di kepalaku kenapa ya hanya RA. Kartini yang diperingati sebegitu rupa, seolah-olah kalau tanpa Kartini maka perempuan Indonesia tak bisa maju.
Maaf! Bukan saya tak menghormati Kartini, hanya bertanya saja karena tiba-tiba muncul dipikiranku “Kenapa ya seperti itu?” Kenapa yang ada hanya hari kartini yang kemudian tanggal lahirnya diperingati setiap tahunnya di Indonesia, bahkan dijadikan tonggak dimana wanita meminta untuk disejajarkan dengan kaum pria.
Padahal dalam Islam sudah sangat jelas bagaimana kedudukan dan peran wanita begitu sangat istimewa. Wanita tidak berada di bawah laki-laki untuk diinjak, tidak di atas untuk menginjak, tidak berada dibelakang untuk ditinggalkan, tidak berada di depan untuk memimpin, tapi berada di samping sebagai pendamping.  
Bagaimana tidak luar biasa kedudukan wanita ketika dikatakan bahwa wanita/ibu sebagai madrasah bagi anak-anaknya, bahkan ada pepatah yang menyatakan bahwa syurga berada di bawah telapak kaki ibu. Dalam Islam pria atau wanita sama-sama mempunyai ladang jihad. Ketika kaum bapak dikatakan jihad ketika mencari nafkah, maka pada saat ibu mengasuh anak-2 dan mengerjakan pekerjaan di rumah adalah juga merupakan jihad.
Jika kesetaraan gender yang digembar-gemborkan karena wanita ingin eksistensinya diakui, menuntut agar wanita bisa bekerja agar dapat mengaktualisasikan dirinya, kenapa tak ingat bahwa istri Nabi saw, Siti Khodijah ra. juga berkiprah sebagai pengusaha yang kaya dan handal yang dengan usahanya itu mendukung Nabi saw dalam menyebarkan agama Islam. Tak ada larangan wanita untuk berkarya. Luar biasa !!!
Lalu kenapa wanita ingin menuntut kesetaraan gender hanya karena hari Kartini yang selalu diperingati Bangsa Indonesia setiap tgl 21 April?  Padahal Islam memberikan tuntunan yang sangat jelas. Memberikan penghargaan yang tinggi pada wanita. Mengangkat harkat dan martabat wanita.
          Saya pikir tanpa ada hari Kartini pun wanita Indonesia bukanlah wanita yang lemah. Tanpa ada hari Kartini pun wanita Indonesia akan diakui eksistensinya. Wanita yang bisa berkarya. Wanita yang akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan. Ada pepatah mengatakan carilah ilmu sampai ke liang lahat. Nabi saw pun pernah bersabda "Barangsiapa menempuh satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Alloh mudahkan baginya jalan masuk surga. Para malaikat itu membentangkan sayapnya untuk orang yang mencari ilmu karena ridho dengan apa yang ia cari. Sesungguhnya orang 'alim itu dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi, hingga ikan yang ada di dalam air." - HR. Abu Dawud, Ibn Majah, Ibn Hibban
Jadi.... Ayooo wahai wanita berkaryalah! Apapun pekerjaanmu berkaryalah dengan baik dan ingatlah! menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang hina tapi lebih utama.  

Kata Bunda :

Ketika ada yang bertanya padamu, sementara kamu bukanlah wanita karier,  jangan malu untuk katakan, “Saya ibu rumah tangga. Dan saya bangga menjadi ibu rumah tangga.”

Kenapa? Karena disanalah ladang jihad saya, yang terbaik, yang Alloh berikan untukku.

Rabu, 08 Mei 2013

I'm So Special - Saya Memang Spesial !

     Tgl 21 April 2013 ini merupakan hari yang tak biasa. Kenapa? Karena hari ini saya akan "pentas" di acara "Baraya Rugeri Club Berbagi Dengan Cinta" sekaligus juga memperingati hari Kartini.
Sehari sebelumnya penyebar virus narsis Mitha Ria sudah mengomporiku untuk eksis di acara ini. Dan memang rayuannya sangat dahsyat bin maut bahkan Mitha dengan sekejap telah membuatkanku puisi yang judulnya aneh menurutku jika didampingkan dengan judul-judul lain yang berbau wanita atau kartini. Tapi entah saya terbius atau terhipnotis sehingga dengan rela saya mengiyakan untuk melakukan sesuatu yang bukan biasa-biasa saja. Halahhhhhh sepertinya Mitha berguru pada master magician Deddy Corbuzier atau pada Demian?
    Semalaman saya baca puisi itu dan saya sudah membacanya dengan berbagai macam gaya. Sampai berkali-kali, sampai akhirnya saya memutuskan akan membuat puisi ini menjadi seperti yang saya inginkan. Begini... begini... begini... Mantap! Kataku dalam hati sambil tersenyum.
     Entah kenapa juga sampai-sampai terbawa mimpi. Apa saya terlalu memikirkan bagaimana penampilanku nanti atau saya ketakutan jika penonton nanti terhipnotis oleh gayaku? :) eitssss... G boleh protes kalau saya narsis :D
     21 April - Pagi, setelah pekerjaan rumah beres dengan segera saya dan putriku meluncur ke lokasi di depan gedung KNPI Garut. Karena hari Minggu, jadi lokasi sepanjang Jl. A.Yani merupakan arena yang menyenangkan karena bebas kendaraan bermesin alias car free day. 
     Diluar dugaan. Tak seperti yang kubayangkan. Saya kira akan membaca biasa saja tapi.... Ternyata layaknya pertunjukan seni yang luar biasa. Bersama dengan anak-anak dari Post Theatron yang menyuguhkan Garut Memartung, aksi teatrikal Kuda Lumping juga sederet performance anak-anak dari Padepokan Sobarnas yang terkenal itu.
     Baru datang, tiba-tiba harus segera bersiap untuk perform bersama BRC. Walahhhh..... tadinya saya akan mundur. Sepertinya saya ga bakalan bisa baca puisi di tempat yang sangat ramai ini.... hhhhh.... tapi kenapa kepala mengangguk dan kaki melangkah ke depan ketika namaku dipanggil oleh si jelita Mitha. Konyolnya saya.... tanpa basa basi langsung membaca puisi yang berjudul "Tablet".
     Haaahaaa... saya melihat mata2 itu terpesona melihatku. Apalagi saat kukeluarkan androidku. Apa karena saya begitu  manis atau karena tablet putihku yg mempesona? Apalagi ketika saya mulai membacakan puisi yang kucontek dalam androidku itu. 
Tablet........  Oh tablet...
Persegi berwarna putih layar lebar ukuran 12 inchi  (maaf tablet yang saya bawa ini hanya 5 inchi krn memang hanya ini yang  saya punya heeee)
Bukan maksud menyombongkan diri namun saat itu kartini tak miliki... Tablet
Tablet.... Bukan obat puyer untuk perempuan ber-rok mini yang pusing bayar kartu kredit. Bukan pula obat tidur buat anda lelaki yang ingin bermimpi tentang perempuan cantik...
Tablet....... dulu perempuan itu tak pernah menggunakannya. Jari jemarinya selalu menari dengan lincah di atas kertas. (Di atas kertas yaaa... bukan menekan tuts keyboard komputer atau sms-an dg temannya, tp dia kartini selalu menulis surat pd teman-2nya bahkan suratnya sampai ke Belanda)
Tapi ....... tablet......adalah sejarah betapa dunia semakin canggih.
Namun sayang duhai tablet dirimu tak memiliki nama harum bak ibu kartini.
Kecanggihanmu tak jua mampu membuat perempuan bangkit. (coba tanya.... Kenapa?) Karena mereka malah lebih asyik dengan dunianya sendiri. Karena dirimulah pula di rumah, seorang istri menjadi no. 2 bagi suami.
Tablet,  hargamu mahal namun tak mampu menjadi pahlawan dunia
Oh.... tablet bahkan jeniusnya programmu tetap tak mampu membuat kartini terganti

Persembahan khusus Tablet vs Kartini - karya Mitha Ria yang mendapat sentuhan ajaib dari kartini masa kini.
* tulisan berwarna merah adalah tambahanku karena 'groginya' saat membaca puisi

     Hahaaaaa saya ingin tertawa gakgakgakkkk...... Ini kali pertama saya baca puisi dan ditengah-tengah performku, saya bilang "haduh kenapa saya gemetar gini ya?." Saya pingin lari waktu itu. Apalagi ketika tulisan ditabletku berlari ke atas ke bawah tak terkendali akibat tanganku yang bergetar. Huupsss ...grogi. Tangan kiriku bergetar hebat. Saya pindahkan tablet ke tangan kananku agar tak terlihat grogi.... eitssss tetap saja tanganku bergetar. Haduhhhhh kenapa begituni? (Haduh saking groginya saya juga sampai salah tulis begini) :| Untungnya sih suaraku tetap lantang dan terdengar tak bergetar. Sampai akhirnya kuucapkan terima kasih. Applause dari penonton mengiringiku berlalu ke belakang podium. Hmmmm..... Akhirnya..... Alhamdulillah saya selesai juga performku.
     Ya Alloh..... saya merasa takjub dgn apa yang telah kulakukan. Rasanya yang kukira beban itu telah terangkat. Tubuhku pun terasa lebih ringan melangkah. Dan pada akhirnya merasa geli, "Koq bisa ya saya keren begitu". Ya Alloh, so amazing! Funtastic!!! I proud of making it real. Reading a poetry in front of public. I'm so special.

Hari Kartini ini menyisakan pertanyaan "mengapa?"

Kata Bunda : Terkadang kita butuh sedikit tekanan untuk dapat bersinar. Karena tuntutan kadang membuat kita "siap" dalam kondisi apapun. 

Ini penampilanku saat membaca puisi "Tablet Vs Kartini"


c' Jelita Mitha juga membacakan puisi karyanya
Garut mem'art-ung

Setelah baca puisi ..... Menabuh kendang merasa lebih lega
Ikut ambil bagian pengumpulan 1000 tanda tangan untuk       "Stop Kekerasan pada Wanita"




Apa Kata Bunda ???

di sini jawabannya....

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Photoku - My Picture



Uffffs..... waktu yang singkat harus digunakan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan kegiatan yang akan digelar di Wanaraja "Dendang Sarimi". Karena akan ada stand-stand untuk berbagai game, maka kami mencari dan mempersiapkan bahan-bahan dan alat-alatnya. Lempar cincin, sendok, kelereng, sumpit, mangkuk-mangkuk, sarung, juga membuat puzzle Sarimi.
Untuk bahan/alat-alat yang lain kami bisa membelinya, tapi untuk puzzle yang berhubungan dengan klien, kami harus membuatnya sendiri. Dari kertas daluang kami buat puzzle itu. Gambarnya kami print. Setelah ditempel d atas kertas daluang kemudian disemprot dengan pilox bening. Lalu gambar itu kami gunting sesuai pola. Puzzle pun siap digunakan.
Setelah puzzle selesai, kami beres-beres dong. Wahhhh ternyata lumayan juga sisa daluang itu sayang juga kalo dibuang. Akhirnya disela-sela kesibukan beres-beres,  saya coba pisahkan daluang yang masih bisa dipergunakan. Saya hanya ingin memastikan saja apa saya masih ingat membuat pigura dari daluang?
Dengan mempergunakan bahan yang ada,  saya mulai mengolah daluang tersebut menjadi pigura. Pertama, mengukur daluang yang akan dibuat pigura. Saya buat 2 potong daluang berukuran 13x13 cm,  karena memang itu sisa daluang yang ada. Satu untuk alas/dasar, satu potong lagi saya lubangi dengan ukuran 10x10 cm. Tadinya daluang-daluang yang kecil akan saya buang... eh ternyata saya butuhkan juga untuk penahan photo nanti. Jadi saya pergunalan juga sisa daluang kecil itu. Saya potong dengan ukuran 1x13 cm (2 buah) untuk direkat di bagian kiri-kanan alas. Satu ukuran 1x11 direkat di bagian bawah alas. Biarkan yang atas kosong untuk memasukan photonya. Selanjutnya rekatkan daluang berlubang yang telah ditutup kertas kado di atasnya. Rapikan. Sebelum memasukan photonya beri plastik bening agar terlihat seperti kaca. Tarangggggg..... that my sweet figura.
Alhamdulillah, akhirnya saya punya pigura lagi untuk menyimpan photo moment specialku.

Inilah hasilnya.... ;)


1. setelah dirapikan....  :)
2. ditambah penyangga agar bisa duduk dengan mantap
3. masukan photonya, jangan lupa pake plastik bening
Kata Bunda:  Jangan pernah memandang yang kecil tak berarti. Karena tanpa mereka maka tak ada yang besar.

Tulisan ini dibuat pertengahan Mei 2013... karena berbagai kesibukan (Acara Dendang Sarimi belum berakhir - Insya Alloh 29 Juni nanti akan dilaksanakan di Cikajang) jadi tulisannya baru diposting sekarang :)

Nak, Kau Luar Biasa! “You’re Great!”


 Hari itu, 29 Juni 2009 adalah kenaikan kelas anakku, hasil evaluasi belajar selama 1 tahun yang telah berjalan.  Anakku duduk di kelas A di RA Persis No. 57 Bentar , Garut – dulu, disebut TK O kecil. Saya harus segera bergegas ke sekolah si kecil untuk mengetahui perkembangan belajarnya selama di sekolah. Beda dengan pembagian raport di tingkat sekolah yang lebih tinggi. Di RA/TK, Wali Kelas dapat memberikan penjelasan yang cukup banyak mengenai perkembangan setiap satu per satu anak. Dapat dimengerti juga karena dengan rata-rata 20 anak diawasi oleh 2-3 orang guru (termasuk wali kelasnya) sehingga para guru/wali kelas dapat memberikan perhatian ekstra kepada anak didiknya.  

Setelah semua orang tua murid berkumpul, Bunda Eneng Mudhiroh RA Persis 57 Bentar Garut (Kepala Sekolah) memberikan sambutan diantaranya mengatakan bahwa perkembangan anak-anak didiknya kali ini luar biasa seraya mengucapkan terima kasih atas dukungan dari para orang tua murid untuk setiap program yang diselenggarakan di sekolah sehingga kegiatan belajar terlaksana dengan maksimal.

Pada dasarnya semua anak didik berkembang sesuai dengan harapan, hanya diantaranya ada yang sangat menonjol yang kemudian kepadanya diberikan reward, bukan rangking 1, 2, dan 3 tapi sesuai dengan perkembangan anak tersebut. Kemudian Mudhiroh menyebutkan anak-anak yang berprestasi, diantaranya anak yang berprestasi di bidang Motorik : Hasan Syauqi Muqtafi, di Bidang Bahasa  Azumi Mindi Rabbani, di bidang Akhlak : Ahsan Nafsi Mustaqi, Anak yang ter-rajin : Diaritca Karsa, dan berprestasi di bidang kognitif : Salma Nur Faiza. Wahhhh... saya nggak nyangka begitu. Ternyata anakku mendapatkan penghargaan sebagai anak didik yang berprestasi di bidang kognitif

Selanjutnya Orang tua murid dipanggil satu persatu untuk menemui wali kelas masing-masing. Pada hari-hari biasa juga sebenarnya saya cukup intens berkomunikasi dengan wali kelas anakku untuk mengetahui perkembangannya di sekolah. Jadi sebenarnya, harusnya sudah biasa ya kalau sekarang saya harus bertemu dengannya. Tapi kenapa tiba-tiba..... agak sedikit grogi ya.... ;)

Pas giliranku, Bunda Atin mempersilahkanku duduk di bangku kecil yang biasa dipergunakan anak-anak belajar. Kemudian dengan sigap Bu Atin bercerita bagaimana anakku belajar di sekolah dan mengucapkan banyak terima kasih karena sebagai orang tua, saya sangat membantu. Katanya dengan bantuanku, putriku Salma, sudah bisa mengeja abjad dari A – Z dimana anak-anak yang lain belum hapal abjad semuanya. Salma juga dapat menghitung 1-10 dengan lancar bahkan saat menghitung mulai dari angka terbesar sampai terkecil.

HAAAA!!! Surprise sekali.... Saya begitu salut kepada guru-guru RA ini mengetahui putriku bisa mengeja bahkan menuliskan huruf-huruf itu di kertas dengan lancar. Bahkan saya juga sampai bertanya metode mengajar seperti apakah sehingga anakku yang baru beberapa saat duduk di bangku RA ini sudah bisa begitu banyak hal. Iqro, menulis, menggambar, mewarnai, membaca, nyanyian-nyanyian, Bahasa Inggris juga Bahasa Arabnya..... Subhanalloh! Ini sekolah yang luar biasa, pikirku.

Yang sangat menarik, ketika kami saling menyangka. Bunda Atin menyangka jika kemampuan anakku itu berkat arahanku di rumah, sedang saya mengira anakku mendapat ‘pelajaran’ mengeja dan menulis di sekolah. Bahkan Bunda Atin meminta ‘bocoran’ bagaimana cara mengajar Salma di rumah agar bisa diterapkan di sekolah. Saya jadi tercenung sendiri dan merasa ta’jub. Putriku memang luar biasa!


Saat Kenaikan Kelas 3

Saya tak pernah menyangka, kebiasaan-kebiasaan kecil di rumah ternyata berpengaruh luar biasa pada perkembangan kognitif anakku. Anakku memang suka mengacak-ngacak buku dan sering bertanya padaku “Bunda ini huruf apa?” atau “Yang itu apa namanya, Bunda?”. Kadang saya kerepotan menjawab pertanyaan-pertanyaannya apalagi jika sambil melakukan pekerjaan rumah. Saat menyetrika, atau bahkan saat saya sedang mencuci pun anakku akan membawa buku-buku itu kehadapanku untuk menanyakan huruf-huruf itu. Kadang agak kesel juga sih waktu itu, saat saya ingin segera menyelesaikan pekerjaan, putriku ‘mengganggu’ dengan pertanyaan ini dan itu.

Saya memang suka memperkenalkan huruf dan angka, memperkenalkan lagu buatan sendiri tentang binatang-binatang dalam Bahasa Inggris. Membelikannya buku huruf dan angka, buku menggambar, memasang gambar juga buku mewarnai, dan game puzzle paling sering saya beli daripada mainan boneka-bonekaan. Saya pikir daripada membeli mainan dan akhirnya dibiarkan karena bosan atau bahkan rusak, lebih baik saya belikan buku-buku yang walaupun rusak tapi setidaknya huruf atau angka di buku tersebut ada yang menempel dibenaknya.

Saya lebih suka mengajak anak-anak ke toko buku daripada ke toko mainan, yaaaaa.... walaupun hanya melihat-lihat dan membaca-baca saja. Dan pameran buku merupakan ajang berburu buku yang murah berkualitas. Alhamdulillah, ternyata itu memberi pengaruh bagus bagi perkembangan kognitifnya.

Sekarang putri kecilku duduk di bangku kelas 3. Sejak kelas 1 selalu membawa piala juara kelas. Ibu-ibu teman anakku di sekolah suka bertanya bagaimana cara mengajarku pada anak di rumah. Mereka juga ‘iri’ denganku karena setiap musim ulangan juga pembagian raport saya terlihat tenang-tenang saja.

Kalau diingat-ingat sih, memang sejak masuk Sekolah Dasar pun ketika di RA, saya tak pernah menekan anak untuk selalu belajar di rumah atau harus menjadi juara/rangking kelas. Awal-awal sih iya.... pulang sekolah, langsung saya ingatkan untuk mengerjakan PR-nya tapi ke sini-sini sih saya lebih menyerahkan pada si kecil –padahal mengingat usianya, harusnya saya ‘mengawal’nya ya... – tapi putriku melakukannya sendiri. Menyiapkan buku-bukunya sendiri dan mengerjakan serta menghapal sendiri. Saya hanya mengingatkan sekali-kali saja jika putriku lebih konsen dengan tontonan di televisi. Saat ulangan pun dia rajin menghapal tanpa harus disuruh. Dan cara belajarnya unik, dia akan ber’kicau’ membaca hapalannya. Sesekali menulis lalu bola matanya ke atas seperti berpikir keras dan mengetuk-ngetuk pensilnya ke kepala. Hiiiihiii seperti orang dewasa atau ilmuwan gitu. Heeee....

Nah, sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Saya selalu berdoa putriku dapat mengerjakan soal-soal ulangan nanti dengan baik. Mohon doanya juga ya dari Bunda Lovers semua.....

Terima kasih... :)



Kata Bunda :

5 tahun pertama kehidupan anak sebagai Golden Age atau masa emas dimana  kemampuan otak anak dalam menyerap informasi sangat tinggi. Masa-masa penting yang tidak dapat diulang. Disinilah peran orang tua untuk bisa mendidik dan mengoptimalkan kecerdasan anak dengan baik secara intelektual, emosional dan spiritual. Saat yang tepat untuk membangun fondasi yang kuat agar anak bisa berdiri kukuh, tak goyah dan tak akan runtuh.

Celengan Ajaib "My Box"



4 hari anakku sakit. Jadi ijin kerja deh. Biasa berangkat pagi, ngerjain berbagai hal di studio, ketemu orang-orang, sekarang di rumah saja. Haduhhhh ..... bisa-bisa kena virus boring nih.... Saya harus berbuat sesuatu agar hari-hariku di rumah tetap produktif, bisa menghasilkan karya yang istimewa.
Alhamdulillah, sambil merawat si kecil, saya bisa ngerjain banyak hal urusan rumah. Nyuci gorden-gorden yang sudah berdebu. Ngeberesin lemari dari baju-baju yang sudah mengecil juga ngeberesin buku-buku yang berantakan. Dan pekerjaan rumah lainnya yang memang biasa kulakukan sebelum pergi kerja. Dalam rasa kangen suasana studio, saya juga sangat menikmati pekerjaan rumah.
Hari Sabtu,  setelah pekerjaan 'berat' selesai dan anak-anak sudah menikmati makanan olahan bundanya, saya mulai agak sedikit bosan. Sampai ketika anakku melempar-lempar kaleng susu bekas yang sudah kubersihkan waktu itu.
Tringgggg!
Saya ingat,  waktu itu kaleng ini akan kubuat celengan untuk anakku agar ia belajar menabung. Hanya karena waktu yang 'sempit' belum sempat kukerjakan. Nah! ini dia waktu yang tepat. Sambil menemani anak-anak nonton tv, saya mulai menyiapkan bahan-bahannya. Dan Alhamdulillah ternyata semua bahan tersedia seperti yang diharapkan. Kaleng susu bekas yang sudah dibersihkan, karton bekas susu dibentuk bundar seukuran kaleng diberi lubang untuk memasukan koin, kertas kado, doubletape, lem, cutter juga gunting.
Cara membuatnya mudah saja. Karton ditutup kertas kado. Gunting kecil sisi-sisi karton agar mudah ditekuk mengikuti permukaan kaleng.
Beri doubletape sekeliling kaleng bagian atas. Lalu tempel karton di kaleng susu, rapikan. Gunting kertas kado untuk menutupi tubuh kaleng. Beri doubletape kemudian tempel di badan kaleng dengan rapi. Tarangggggg! Selesai sudah celengan unyu-unyu untuk anakku.


Saya senang bisa memberikan 'sesuatu' untuk anakku karena Islam juga mengajarkan kita untuk menabung
 "Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”  (QS. Al Isra' : 27)
Selamat menabung, Nak. 

Kata Bunda: Belajar menabung sejak kecil, biarpun sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Menabung jangan dihitung, Insyaalloh nanti kita dapat untung : )
“Simpanlah sebagian dari harta kamu untuk kebaikan masa depan kamu, karena itu jauh lebih baik bagimu.” HR. Bukhari

Wonderwomen - Wanita Hebat


            Setelah penampilan pertamaku membaca puisi 21 April lalu, timbul banyak pertanyaan dikepalaku : mengapa..... mengapa..... mengapa..... ?
Diseluruh Indonesia tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Katanya berkat Kartini maka lahirlah emansipasi wanita. Kesetaraan gender. Saya nggak mengerti mengapa orang-orang kemudian begitu memuja Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita. Hanya karena Kartini bisa berbahasa Belanda, dan menulis surat kepada teman-teman korespondesi yang berasal dari Belanda sehingga timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi. Dari situ kemudian orang berpikir bahwa dia begitu pintar, beberapa langkah lebih maju daripada apa yang dipikirkan wanita-wanita lainnya saat itu.
Kenapa tidak dengan Cut Nyak Dien? Padahal Cut Nyak Dien melakukan sesuatu yang nyata pada masa penjajahan yaitu berani menggangkat senjata melawan penjajah,  memimpin perlawanan terhadap Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukannya. Bukan hanya mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang. Tapi tak ada Hari Cut Nyak Dien
Kenapa tak ada juga Hari Dewi Sartika yang juga jelas berjuang mendirikan sekolah untuk kemajuan kaum perempuan, atau kenapa juga tak ada Hari Martha Christina Tiahahu yang dikenal sebagai gadis pemberani. Diusianya yang baru 17 tahun waktu itu mengangkat senjata melawan penjajahan Belanda dalam perang Patimura. Yaaa... banyak tanya di kepalaku kenapa ya hanya RA. Kartini yang diperingati sebegitu rupa, seolah-olah kalau tanpa Kartini maka perempuan Indonesia tak bisa maju.
Maaf! Bukan saya tak menghormati Kartini, hanya bertanya saja karena tiba-tiba muncul dipikiranku “Kenapa ya seperti itu?” Kenapa yang ada hanya hari kartini yang kemudian tanggal lahirnya diperingati setiap tahunnya di Indonesia, bahkan dijadikan tonggak dimana wanita meminta untuk disejajarkan dengan kaum pria.
Padahal dalam Islam sudah sangat jelas bagaimana kedudukan dan peran wanita begitu sangat istimewa. Wanita tidak berada di bawah laki-laki untuk diinjak, tidak di atas untuk menginjak, tidak berada dibelakang untuk ditinggalkan, tidak berada di depan untuk memimpin, tapi berada di samping sebagai pendamping.  
Bagaimana tidak luar biasa kedudukan wanita ketika dikatakan bahwa wanita/ibu sebagai madrasah bagi anak-anaknya, bahkan ada pepatah yang menyatakan bahwa syurga berada di bawah telapak kaki ibu. Dalam Islam pria atau wanita sama-sama mempunyai ladang jihad. Ketika kaum bapak dikatakan jihad ketika mencari nafkah, maka pada saat ibu mengasuh anak-2 dan mengerjakan pekerjaan di rumah adalah juga merupakan jihad.
Jika kesetaraan gender yang digembar-gemborkan karena wanita ingin eksistensinya diakui, menuntut agar wanita bisa bekerja agar dapat mengaktualisasikan dirinya, kenapa tak ingat bahwa istri Nabi saw, Siti Khodijah ra. juga berkiprah sebagai pengusaha yang kaya dan handal yang dengan usahanya itu mendukung Nabi saw dalam menyebarkan agama Islam. Tak ada larangan wanita untuk berkarya. Luar biasa !!!
Lalu kenapa wanita ingin menuntut kesetaraan gender hanya karena hari Kartini yang selalu diperingati Bangsa Indonesia setiap tgl 21 April?  Padahal Islam memberikan tuntunan yang sangat jelas. Memberikan penghargaan yang tinggi pada wanita. Mengangkat harkat dan martabat wanita.
          Saya pikir tanpa ada hari Kartini pun wanita Indonesia bukanlah wanita yang lemah. Tanpa ada hari Kartini pun wanita Indonesia akan diakui eksistensinya. Wanita yang bisa berkarya. Wanita yang akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan. Ada pepatah mengatakan carilah ilmu sampai ke liang lahat. Nabi saw pun pernah bersabda "Barangsiapa menempuh satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Alloh mudahkan baginya jalan masuk surga. Para malaikat itu membentangkan sayapnya untuk orang yang mencari ilmu karena ridho dengan apa yang ia cari. Sesungguhnya orang 'alim itu dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi, hingga ikan yang ada di dalam air." - HR. Abu Dawud, Ibn Majah, Ibn Hibban
Jadi.... Ayooo wahai wanita berkaryalah! Apapun pekerjaanmu berkaryalah dengan baik dan ingatlah! menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang hina tapi lebih utama.  

Kata Bunda :

Ketika ada yang bertanya padamu, sementara kamu bukanlah wanita karier,  jangan malu untuk katakan, “Saya ibu rumah tangga. Dan saya bangga menjadi ibu rumah tangga.”

Kenapa? Karena disanalah ladang jihad saya, yang terbaik, yang Alloh berikan untukku.

I'm So Special - Saya Memang Spesial !

     Tgl 21 April 2013 ini merupakan hari yang tak biasa. Kenapa? Karena hari ini saya akan "pentas" di acara "Baraya Rugeri Club Berbagi Dengan Cinta" sekaligus juga memperingati hari Kartini.
Sehari sebelumnya penyebar virus narsis Mitha Ria sudah mengomporiku untuk eksis di acara ini. Dan memang rayuannya sangat dahsyat bin maut bahkan Mitha dengan sekejap telah membuatkanku puisi yang judulnya aneh menurutku jika didampingkan dengan judul-judul lain yang berbau wanita atau kartini. Tapi entah saya terbius atau terhipnotis sehingga dengan rela saya mengiyakan untuk melakukan sesuatu yang bukan biasa-biasa saja. Halahhhhhh sepertinya Mitha berguru pada master magician Deddy Corbuzier atau pada Demian?
    Semalaman saya baca puisi itu dan saya sudah membacanya dengan berbagai macam gaya. Sampai berkali-kali, sampai akhirnya saya memutuskan akan membuat puisi ini menjadi seperti yang saya inginkan. Begini... begini... begini... Mantap! Kataku dalam hati sambil tersenyum.
     Entah kenapa juga sampai-sampai terbawa mimpi. Apa saya terlalu memikirkan bagaimana penampilanku nanti atau saya ketakutan jika penonton nanti terhipnotis oleh gayaku? :) eitssss... G boleh protes kalau saya narsis :D
     21 April - Pagi, setelah pekerjaan rumah beres dengan segera saya dan putriku meluncur ke lokasi di depan gedung KNPI Garut. Karena hari Minggu, jadi lokasi sepanjang Jl. A.Yani merupakan arena yang menyenangkan karena bebas kendaraan bermesin alias car free day. 
     Diluar dugaan. Tak seperti yang kubayangkan. Saya kira akan membaca biasa saja tapi.... Ternyata layaknya pertunjukan seni yang luar biasa. Bersama dengan anak-anak dari Post Theatron yang menyuguhkan Garut Memartung, aksi teatrikal Kuda Lumping juga sederet performance anak-anak dari Padepokan Sobarnas yang terkenal itu.
     Baru datang, tiba-tiba harus segera bersiap untuk perform bersama BRC. Walahhhh..... tadinya saya akan mundur. Sepertinya saya ga bakalan bisa baca puisi di tempat yang sangat ramai ini.... hhhhh.... tapi kenapa kepala mengangguk dan kaki melangkah ke depan ketika namaku dipanggil oleh si jelita Mitha. Konyolnya saya.... tanpa basa basi langsung membaca puisi yang berjudul "Tablet".
     Haaahaaa... saya melihat mata2 itu terpesona melihatku. Apalagi saat kukeluarkan androidku. Apa karena saya begitu  manis atau karena tablet putihku yg mempesona? Apalagi ketika saya mulai membacakan puisi yang kucontek dalam androidku itu. 
Tablet........  Oh tablet...
Persegi berwarna putih layar lebar ukuran 12 inchi  (maaf tablet yang saya bawa ini hanya 5 inchi krn memang hanya ini yang  saya punya heeee)
Bukan maksud menyombongkan diri namun saat itu kartini tak miliki... Tablet
Tablet.... Bukan obat puyer untuk perempuan ber-rok mini yang pusing bayar kartu kredit. Bukan pula obat tidur buat anda lelaki yang ingin bermimpi tentang perempuan cantik...
Tablet....... dulu perempuan itu tak pernah menggunakannya. Jari jemarinya selalu menari dengan lincah di atas kertas. (Di atas kertas yaaa... bukan menekan tuts keyboard komputer atau sms-an dg temannya, tp dia kartini selalu menulis surat pd teman-2nya bahkan suratnya sampai ke Belanda)
Tapi ....... tablet......adalah sejarah betapa dunia semakin canggih.
Namun sayang duhai tablet dirimu tak memiliki nama harum bak ibu kartini.
Kecanggihanmu tak jua mampu membuat perempuan bangkit. (coba tanya.... Kenapa?) Karena mereka malah lebih asyik dengan dunianya sendiri. Karena dirimulah pula di rumah, seorang istri menjadi no. 2 bagi suami.
Tablet,  hargamu mahal namun tak mampu menjadi pahlawan dunia
Oh.... tablet bahkan jeniusnya programmu tetap tak mampu membuat kartini terganti

Persembahan khusus Tablet vs Kartini - karya Mitha Ria yang mendapat sentuhan ajaib dari kartini masa kini.
* tulisan berwarna merah adalah tambahanku karena 'groginya' saat membaca puisi

     Hahaaaaa saya ingin tertawa gakgakgakkkk...... Ini kali pertama saya baca puisi dan ditengah-tengah performku, saya bilang "haduh kenapa saya gemetar gini ya?." Saya pingin lari waktu itu. Apalagi ketika tulisan ditabletku berlari ke atas ke bawah tak terkendali akibat tanganku yang bergetar. Huupsss ...grogi. Tangan kiriku bergetar hebat. Saya pindahkan tablet ke tangan kananku agar tak terlihat grogi.... eitssss tetap saja tanganku bergetar. Haduhhhhh kenapa begituni? (Haduh saking groginya saya juga sampai salah tulis begini) :| Untungnya sih suaraku tetap lantang dan terdengar tak bergetar. Sampai akhirnya kuucapkan terima kasih. Applause dari penonton mengiringiku berlalu ke belakang podium. Hmmmm..... Akhirnya..... Alhamdulillah saya selesai juga performku.
     Ya Alloh..... saya merasa takjub dgn apa yang telah kulakukan. Rasanya yang kukira beban itu telah terangkat. Tubuhku pun terasa lebih ringan melangkah. Dan pada akhirnya merasa geli, "Koq bisa ya saya keren begitu". Ya Alloh, so amazing! Funtastic!!! I proud of making it real. Reading a poetry in front of public. I'm so special.

Hari Kartini ini menyisakan pertanyaan "mengapa?"

Kata Bunda : Terkadang kita butuh sedikit tekanan untuk dapat bersinar. Karena tuntutan kadang membuat kita "siap" dalam kondisi apapun. 

Ini penampilanku saat membaca puisi "Tablet Vs Kartini"


c' Jelita Mitha juga membacakan puisi karyanya
Garut mem'art-ung

Setelah baca puisi ..... Menabuh kendang merasa lebih lega
Ikut ambil bagian pengumpulan 1000 tanda tangan untuk       "Stop Kekerasan pada Wanita"