Hari itu, 29
Juni 2009 adalah kenaikan kelas anakku, hasil evaluasi belajar selama 1 tahun
yang telah berjalan. Anakku duduk di
kelas A di RA Persis No. 57 Bentar , Garut – dulu, disebut TK O kecil. Saya
harus segera bergegas ke sekolah si kecil untuk mengetahui perkembangan
belajarnya selama di sekolah. Beda dengan pembagian raport di tingkat sekolah
yang lebih tinggi. Di RA/TK, Wali Kelas dapat memberikan penjelasan yang cukup
banyak mengenai perkembangan setiap satu per satu anak. Dapat dimengerti juga
karena dengan rata-rata 20 anak diawasi oleh 2-3 orang guru (termasuk wali
kelasnya) sehingga para guru/wali kelas dapat memberikan perhatian ekstra
kepada anak didiknya.
Setelah semua orang tua murid berkumpul, Bunda
Eneng Mudhiroh RA Persis 57 Bentar
Garut (Kepala Sekolah) memberikan sambutan diantaranya mengatakan bahwa
perkembangan anak-anak didiknya kali ini luar biasa seraya mengucapkan terima
kasih atas dukungan dari para orang tua murid untuk setiap program yang
diselenggarakan di sekolah sehingga kegiatan belajar terlaksana dengan
maksimal.
Pada dasarnya semua anak didik berkembang sesuai
dengan harapan, hanya diantaranya ada yang sangat menonjol yang kemudian
kepadanya diberikan reward, bukan rangking 1, 2, dan 3 tapi sesuai dengan
perkembangan anak tersebut. Kemudian Mudhiroh
menyebutkan anak-anak yang berprestasi, diantaranya anak yang berprestasi di
bidang Motorik : Hasan Syauqi Muqtafi, di Bidang Bahasa Azumi Mindi Rabbani, di bidang Akhlak : Ahsan Nafsi Mustaqi, Anak yang
ter-rajin : Diaritca Karsa, dan berprestasi di bidang kognitif : Salma Nur Faiza. Wahhhh...
saya nggak nyangka begitu. Ternyata anakku mendapatkan
penghargaan sebagai anak didik yang berprestasi di bidang kognitif
Selanjutnya Orang tua murid dipanggil satu persatu untuk
menemui wali kelas masing-masing. Pada hari-hari biasa juga sebenarnya saya
cukup intens berkomunikasi dengan wali kelas anakku untuk mengetahui
perkembangannya di sekolah. Jadi sebenarnya, harusnya sudah biasa ya kalau
sekarang saya harus bertemu dengannya. Tapi kenapa tiba-tiba..... agak sedikit
grogi ya.... ;)
Pas giliranku, Bunda Atin mempersilahkanku duduk di
bangku kecil yang biasa dipergunakan anak-anak belajar. Kemudian dengan sigap
Bu Atin bercerita bagaimana anakku belajar di sekolah dan mengucapkan banyak
terima kasih karena sebagai orang tua, saya sangat membantu. Katanya dengan
bantuanku, putriku Salma, sudah bisa mengeja abjad dari A – Z dimana anak-anak
yang lain belum hapal abjad semuanya. Salma juga dapat menghitung 1-10 dengan
lancar bahkan saat menghitung mulai dari angka terbesar sampai terkecil.
HAAAA!!! Surprise sekali.... Saya begitu salut
kepada guru-guru RA ini mengetahui putriku bisa mengeja bahkan menuliskan
huruf-huruf itu di kertas dengan lancar. Bahkan saya juga sampai bertanya metode
mengajar seperti apakah sehingga anakku yang baru beberapa saat duduk di bangku
RA ini sudah bisa begitu banyak hal. Iqro, menulis, menggambar, mewarnai, membaca,
nyanyian-nyanyian, Bahasa Inggris juga Bahasa Arabnya..... Subhanalloh! Ini
sekolah yang luar biasa, pikirku.
Yang sangat menarik, ketika kami saling menyangka. Bunda
Atin menyangka jika kemampuan anakku itu berkat arahanku di rumah, sedang saya
mengira anakku mendapat ‘pelajaran’ mengeja dan menulis di sekolah. Bahkan
Bunda Atin meminta ‘bocoran’ bagaimana cara mengajar Salma di rumah agar bisa
diterapkan di sekolah. Saya jadi tercenung sendiri dan merasa ta’jub. Putriku memang luar biasa!
|
Saat Kenaikan Kelas 3 |
Saya tak pernah menyangka, kebiasaan-kebiasaan
kecil di rumah ternyata berpengaruh luar biasa pada perkembangan kognitif
anakku. Anakku memang suka mengacak-ngacak buku dan sering bertanya padaku “Bunda
ini huruf apa?” atau “Yang itu apa namanya, Bunda?”. Kadang saya kerepotan
menjawab pertanyaan-pertanyaannya apalagi jika sambil melakukan pekerjaan
rumah. Saat menyetrika, atau bahkan saat saya sedang mencuci pun anakku akan
membawa buku-buku itu kehadapanku untuk menanyakan huruf-huruf itu. Kadang agak
kesel juga sih waktu itu, saat saya ingin segera menyelesaikan pekerjaan, putriku
‘mengganggu’ dengan pertanyaan ini dan itu.
Saya memang suka memperkenalkan huruf dan angka,
memperkenalkan lagu buatan sendiri tentang binatang-binatang dalam Bahasa
Inggris. Membelikannya buku huruf dan angka, buku menggambar, memasang gambar
juga buku mewarnai, dan game puzzle paling sering saya beli daripada mainan
boneka-bonekaan. Saya pikir daripada membeli mainan dan akhirnya dibiarkan
karena bosan atau bahkan rusak, lebih baik saya belikan buku-buku yang walaupun
rusak tapi setidaknya huruf atau angka di buku tersebut ada yang menempel
dibenaknya.
Saya lebih suka mengajak anak-anak ke toko buku daripada
ke toko mainan, yaaaaa.... walaupun hanya melihat-lihat dan membaca-baca saja.
Dan pameran buku merupakan ajang berburu buku yang murah berkualitas.
Alhamdulillah, ternyata itu memberi pengaruh bagus bagi perkembangan
kognitifnya.
Sekarang putri kecilku duduk di bangku kelas 3. Sejak
kelas 1 selalu membawa piala juara kelas. Ibu-ibu teman anakku di sekolah suka
bertanya bagaimana cara mengajarku pada anak di rumah. Mereka juga ‘iri’
denganku karena setiap musim ulangan juga pembagian raport saya terlihat
tenang-tenang saja.
Kalau diingat-ingat sih, memang sejak masuk Sekolah
Dasar pun ketika di RA, saya tak pernah menekan anak untuk selalu belajar di
rumah atau harus menjadi juara/rangking kelas. Awal-awal sih iya.... pulang
sekolah, langsung saya ingatkan untuk mengerjakan PR-nya tapi ke sini-sini sih
saya lebih menyerahkan pada si kecil –padahal mengingat usianya, harusnya saya
‘mengawal’nya ya... – tapi putriku melakukannya sendiri. Menyiapkan buku-bukunya
sendiri dan mengerjakan serta menghapal sendiri. Saya hanya mengingatkan
sekali-kali saja jika putriku lebih konsen dengan tontonan di televisi. Saat
ulangan pun dia rajin menghapal tanpa harus disuruh. Dan cara belajarnya unik,
dia akan ber’kicau’ membaca hapalannya. Sesekali menulis lalu bola matanya ke
atas seperti berpikir keras dan mengetuk-ngetuk pensilnya ke kepala. Hiiiihiii
seperti orang dewasa atau ilmuwan gitu. Heeee....
Nah, sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Saya
selalu berdoa putriku dapat mengerjakan soal-soal ulangan nanti dengan baik.
Mohon doanya juga ya dari Bunda Lovers semua.....
Terima kasih... :)
Kata Bunda :
5 tahun pertama kehidupan anak sebagai
Golden Age atau masa emas dimana kemampuan
otak anak dalam menyerap informasi sangat tinggi. Masa-masa penting yang tidak
dapat diulang. Disinilah peran orang tua untuk bisa mendidik dan mengoptimalkan
kecerdasan anak dengan baik secara intelektual, emosional dan spiritual. Saat
yang tepat untuk membangun fondasi yang kuat agar anak bisa berdiri kukuh, tak
goyah dan tak akan runtuh.